Jurnal8.com| JAKARTA – Pemerintah Indonesia desak pemerintahan Mahathir Muhammad (Malaysia) memberi notifikasi resmi kepada pemerintah Indonesia soal penangkapan tiga WNI terduga ISIS.
Desakan Pemerintah Indonesia ini disampaikan langsung Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, kepada Malaysia segera setelah memberikan akses kekonsuleran untuk memverifikasi status tiga warga Indonesia yang baru-baru ini tangkap karena diduga terlibat kelompok teror ISIS.
Ketiganya menurut keterangan Wakil Indonesia di Kuala Lumpur
yang diperoleh awak media malam tadi, ditangkap di tempat berbeda di semenjung Malaysia , Kamis (12/7) dan Sabtu (14/7) lalu. ” Begitu ada keterangan resmi kerajaan (Pemerintahan) Malaysia hasilnya segera dilapirkan ke Jakarta, ” kata sumber JNN di bagian sosial , Kamis (19/7) malam tadi.
Namun Menlu RI ,Retno Marsudi mengakui hingga kini Kuala Lumpur belum memberikan notifikasi resmi kepada pemerintah Indonesia soal penangkapan tersebut, adanya penangkapan Polisi Deraja Malaysia (PDRM) adanya 7 terduga anggota ISIS, dan tiga diantaranya WNI.
Pemerintah Indonesia baru mengetahui penangkapan ini lewat rilis dari PDRM saja.” Untuk itu, sejak tadi kami telah menghubungi aparat Malaysia untuk minta akses kekonsuleran,” jelas Retno kepada pemberita di Gedung Pancasila, Jakarta, Kamis (19/7) petang, beberapa jam setibanya dari Jogja.
Dengan akses kekonsuleran, yang bersifat krusial untuk pihak Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur agar bisa segera bertemu dengan ketiga WNI guna memverifikasi status kewarganegaraan ketiga WNI terduga anggota ISIS tersebut.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) juga perlu menghimpun serta menyesuaikan data ketiga WNI dengan sistem yang dimiliki pemerintah.
“Karena kami harus memastikan dahulu bahwa ketiga orang itu benar WNI, baru bisa menyelidiki peran dan aktivitas mereka,” tegas Retno, kepada pemberita lagi .
Mengingat saat anggota join bertugas di Malaysia Timur, sering terjadi suatu kasus dan ada-ada saja yang mengaku WNI tapi setelah diselidiki ternyata memang pasif bahasa Indonesia dan belakangan diketahui warga Philipina dan Warga Malaysia bagian perbatasan seperti Sarawak dan Sandakan.
Sementara pihak PDRM sendiri baru sebatas menyebut kronologi penangkapan dan belum merilis identitas ketiga WNI. Mereka ditangkap bersama empat warga Malaysia yang sama-sama dituduh ISIS, termasuk seorang pria yang berniat membunuh – Raja dan Perdana Menteri Mahathir Mohamad.
Penangkapan awal Kamis (12/7) di Terengganu yang melibatkan seorang tersangka laki-laki asal Indonesia berusia 26 tahun. Pria yang berprofesi pedagang itu merupakan anggota kelompok Negara Islam Indonesia (NII) dan telah berjihad dengan pemimpin tertingginya di Bandung.
Bahkan sumber PDRM menambahkan pria WNI ini telah ikut menjalani beberapa kali latihan militer pada kelompok NII di sekitar Bandung tahun 2015-2018. Sedang Istri tersangka warga Malaysia turut menyatakan berjihad kepada ISIS. Bahkan disebut-sebut terduga
berencana membawa istri dan anak-anak tirinya untuk pergi ke Suriah guna bergabung dengan kelompok ISIS.
Di hari yang sama, polisi juga menangkap seorang WNI berusia 27 tahun di Petaling Jaya. Pria itu disebut bekerja sebagai pegawai kontrak.
Didepan PDRM, terduga mengaku terlibat dalam organisasi ISIS, telah menyimpan 100 video serta 90 gambar di telepon genggam mliknya. Dia juga mengunggah foto-foto dan video mempromosikan ISIS di halaman Facebook.
Sementara WNI ketiga yang ditangkap Sabtu (14/7/2018) berhasil di sergap PDRM di Ipoh, Perak. Tersangka berusia 42 tahun dan bekerja sebagai karyawan pabrik, dan terduga mengaku
punya hubungan dengan anggota Jemaah Ansharut Daulah (JAD) yang terlibat dalam drama penyanderaan Kamis ,10 Mei 2018 di Mako Brimob ,Kelapa Dua.
Pengamatan JNN khususnya WNI yang beradu nasib di perkebunan sawit sebagai TKI, sebelum terpengaruh ke Surya, para Konsuler tidak hanya duduk di meja menunggu TKI bermasalah.
” Kami salut kinerja mantan Konsuler R.Sandjaya dan mantan KJRI-nya di Sabah Sopeno, secara priodek kunjungi TKI di Perkebunan ditemukan masalah (soal dokumen TKI) di selesaikan di lapangan. Tapi sayang para pejabat konsuler dan KJRI belakangan ini lebih memilih dudukdi Meja sehingga jangan heran kalau TKI kita ada yg direkrut masuk ISIS ,” kata Mami (65) warga Malaysia keturunan Bugis.
(LP. NAS) .