Renungan Dibalik Qurban

Jurnal8.com | Peristiwa qurban bukanlah suatu peristiwa yang lahir begitu saja, melainkan peristiwa tersebut penuh dengan makna dan nilai yang menjadi renungan bagi umat manusia terkhusus umat Islam kala ini.

Qurban yang selalu dilaksanakan oleh umat muslim berawal dari kisah seorang pejuang yang taat tangguh dan sabar, yakni Ibrahim as. Atas kesabarannya sehingga diuji oleh Allah SWT dengan ujian yang begitu berat, namun karena dia adalah seorang yang taat maka dia tetap melaksanakan.

Allah SWT memerintahkan kepada ya untuk mengorbankan Seorang anak yang begitu dia sayangi (Ismail) dan didambakan untuk meneruskan silsilah keluarganya.

Perintah pengorbanan tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an  Ash-Shaffat Ayat 102

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”

Seorang bapak yang telah menerima langsung perintah dari Tuhannya hendak menjalankan apa yang telah di perintahkan kepadanya, namun sebagai seorang bapak yang menjadi contoh tauladan selalu memberikan hak-hak yang lainya.

Dia (Ibrahim) tetap bertanya kepada anaknya tentang perintah yang dia terima. Bagi seorang anak yang telah tertanam dalam hatinya rasa cinta akan Tuhan dan menghormati orang tuanya sehingga kesabaran dan berserah diri kepada sang Illahi adalah jalan hidup.

ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”. (Ash-Shaffat Ayat 102).

Kisah tersebut memberikan pelajaran berharga bagi manusia bagai beratnya perjuangan. Setiap perjuangan pasti ada pengorbanan. Juga kisah tersebut menjelaskan kepada kita umat manusia bahwa kecintaan kita terhadap dunia tidak bernilai apa apa dan bersifat sementara (fana).

Oleh karena itulah sehingga manusia dianjurkan oleh Allah SWT untuk senantiasa berkorban dalam hidupnya. Berkorban dalam keadaan suka mau pun duka, berkorban antara cinta dan kesetiaan. Di sisi lain qurban merupakan tanda akan rasa syukur terhadap nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita.

Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj Ayat 34

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ

dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).

Qurban telah memberikan pelajaran berharga kepada kita umat manusia, bagaimana pun besarnya cinta kita akan dunia, harta, tahta, dan keluarga kita, namun itu semua tidak ternilai apa apa dimata Tuhan. Qurban juga mengajarkan kepada kita bahwa kita harus tetap selalu bersabar dalam menjalani kehidupan ini baik dalam keadaan suka maupun duka.

Nabi Yakub pernah berkata, “kecintaanku kepada Yusuf yang membuat aku tidak bisa melihat kekasihku”,  mengikhlaskan (mengorbankan) Yusuf akan mempertemukan dia dengan kekasihnya (Yusuf)

Begitupun dengan Zulaikha pernah berkata kepada nabi Yusuf waktu di lamar olehnya, “Ketika dalam satu hati terdapat dua cinta itu kufur, namun aku sadar bahwa menerima Yusuf merupakan hubungan cintaku dengan Tuhan”

Tunduk patuh dan berserah diri kepada kebenaran merupakan ciri hidup yang islami, yang yang penuh rahmatan Lil Alamin. (Yudhy)

Leave a Reply