Jurnal8.com| Makassar, – Pelaksanaan ujicoba kematangan emosi bagi guru Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) se kota Makassar berjalan dengan sukses dan Kegiatan ini dilaksanakan di SMPN 13 Makassar
Diawali dengan penjelasan singkat dari tim litbang kemendikbud RI oleh ibu Ati didampingi pak Lili, Mas Hendra didampingi oleh DR.H.Syarifuddin.M.Pd. sekaligus kasi pembelajaran Dikdas tentang maksud dan tujuan kegiatan ini sebagai ajang ujicoba instrumen kematangan emosi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Untuk kota Makassar sebagai tempat ujicoba mewakili provinsi sulsel dengan tujuan memetakan hasil ujicoba ini untuk digunakan guru dan dijabarkan pada siswanya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa tiap peserta membawa profil lima orang siswanya yang dikaji, dianalisis untuk ditemukan solusi yang paling praktis dan tepat sasaran.
Dalam kegiatan tersebut, sangat diapresiasi oleh tim litbang karena sebagian besar guru peserta bertanya dan sharing dengan peserta lainnya, sehingga kompleksitas permasalahan anak menjadi titik sentral dan fokus dari tujuan akhir kegiatan ini.
Tanggapan yang positif dan sangat mendukung dari kadis pendidikan DR.H.HASBI.M.Pd bahwa guru harus mampu identifikasi awal dan mengembangkan instrumen solusi permasalahan yang dihadapi tiap anak dalam belajarnya, guru harus mampu mengelola kelas dengan baik dan profesional sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan sempurna.
Setiap peserta ujicoba kematangan emosi dibekali pula instrumen untuk orang tua siswa sebagai ajang umpan balik dari anak yang diajar oleh guru di sekolah, sehingga orang tua mempunyai tanggungjawab pula untuk memahami dan mengeja perilaku anaknya dalam lingkungan belajarnya di sekolah.
Instrumen untuk orang tua siswa dikumpulkan pada seksi pembelajaran bidang dikdas, selanjutnya diteruskan ke tim pengembang instrumen kematangan emosi litbang kementerian dikbud RI untuk dianalisis dan sekaligus dikembalikan lagi ke satuan pendidikan masing-masing untuk ditindaklanjuti sebagai referensi guru dalam menangani kasus anak didiknya di sekolah. (rls)