Inovasi Anak Milenia, Temukan Kenikmatan Pada Pembalut

Semarang | Berbagai cara dan upaya yang dilakukan oleh generasi milenia “anak zaman now” untuk membuat dirinya bisa menikmati hidup “fly”. Kesulitan ekonomi membuat mereka harus mencari sesuatu yang lebih murah dari barang haram lainya seperti barang jenis “Shabu” dan sejenisnya.

Perubahan dalam menikmati hidup dari shabu, miras, sampai sekarang muncul generasi penghisap lem. Generasi lem ini juga bukanlah hal yang baru ini terkadi, melainkan sudah cukup lama.

Mahalnya harga lem jenis “Fox” dan sering dilakukan pembinaan oleh instansi terkait membuat anak zaman now tidak bisa lagi “fly in the sky”, mereka dipasung oleh keadaan.

Kini inovasi baru muncul dari gagasan milenia. Mahalnya Lem dan penanganan oleh BNI dan Kepolisian tidak bisa mematikan kecanduan mereka. Air pembalut sebagai solusi untuk fly.

Rendaman air pembalut memberikan sensasi tersendiri bagi mereka. Larutah yang terkandung dalam pembalut setelah mereka minum akan membuat mereka melayang layang diangkasa.

“Ini fenomena nyata dan memang terjadi. Mereka anak jalanan ini pastinya terus mencari apa yang bisa dibuat nikmat dengan cara murah,” kata Kepala Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Tengah AKBP Suprinarto di Semarang, Jawa Tengah, Senin (12/11) seperti dilangsir lewat CNNIndonesia

Dia mencontohkan, sebelum fenomena mabuk dengan rendaman air pembalut, pernah ditemukan fenomena menghirup lem.

“Sekarang lem mahal, dulu dengan alkohol, kini alkohol juga mahal. Setelah dicoba dengan pembalut, ada kenikmatan untuk fly dan harga murah, Rp10 ribu dapat tiga atau enam lembar, akhirnya mereka meneruskan dengan pembalut,” katanya. “Tapi tren ini juga nantinya akan bergeser jika mereka menemukan lagi bahan yang lebih murah, misal hanya dengan buah atau daun apa.”

BNN, kata dia, tidak menemukan bahan yang mengandung psikotropika atau narkotik dalam bahan pembuatan pembalut. Sebab itu, BNN tidak dapat memberikan penindakan apapun terhadap mereka yang mengkonsumsi air rendaman pembalut.

“Penindakan hukum kita tidak bisa. Temuan fenomena ini lebih sifatnya informatif, untuk pencegahan kita. Kami menghimbau saja untuk masyarakat agar lebih memperhatikan keluarganya,” kata Suprinarto.

Leave a Reply