SYL Jabat Menteri Pertanian, Indonesia Menuju Swasembada Pangan

Jurnal8.com| Sejak periode pertama kepemimpinannya sebagai Gubernur Sulawesi Selatan (2008-2013), Syahrul Yasin Limpo telah menjadikan pertanian sebagai sektor utama fokus pembangunan di daerah khusunya SulSel

Pada masa awal pemerintahannya, mantan Bupati Gowa dua periode ini membuat kebijakan yang menghentak yaitu menetapkan target kuantitatif surplus dua juta ton beras.

Penetapan target kuantitatif ini cukup fantastis, namun terukur, serta tidak dapat ditawar atau dikompromikan. Bayangan akan kegagalan mencapai target menjadi momok besar yang dapat menjatuhkan wibawa pemerintahan Syahrul Yasin Limpo dan wakilnya, Agus Arifin Nu`mang.

Target surplus dua juta ton beras, bisa dikatakan hampir mustahil untuk dicapai saat itu.

Betapa tidak, pada tahun 2007 produksi padi Sulsel baru mencapai 3,635 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), setara dengan 2,280 juta ton beras (asumsi rendemen 62,74 persen, berdasarkan data rendemen Dinas Pertanian RI tahun 2007).

Dengan jumlah populasi penduduk Sulsel tahun 2007 sebesar 7,675 juta jiwa dan konsumsi beras per kapita per tahun 110,28 kg (Statistik Konsumsi Pangan ? Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2012), maka kebutuhan beras Sulsel pada tahun 2007 mencapai 846,497 ribu ton beras.

Maka berarti untuk mencapai target surplus dua juta ton beras, Sulsel harus memastikan peningkatan produksi beras sebesar 566 ribu ton, setara dengan 902,135 ribu ton GKG, atau naik hingga 24,81 persen.

Target tersebut terasa mustahil jika melihat perkembangan produksi padi Sulsel dari tahun ke tahun.

Menurut data Bank Indonesia, laju pertumbuhan produksi padi Sulsel selama kurun waktu 2001-2006 tercatat sangat lamban, yaitu rata-rata sekitar 0,20 persen per tahun.

Dengan tingkat pertumbuhan produksi seperti itu, butuh waktu sekitar 124,05 tahun bagi Sulsel untuk mencapai target over stock dua juta ton beras.

Faktanya, dalam waktu kurang dari lima tahun, Syahrul Yasin Limpo dan jajarannya membuktikan bahwa target tersebut bukan hanya sekedar janji politis.

Data BPS menunjukkan pada tahun 2011, produksi padi Sulsel melejit ke angka 4,51 juta ton padi GKG, dan kembali naik hingga menembus angka 5 juta ton pada tahun 2012, meningkat 1,365 juta ton padi GKG dari tahun 2007. Target surplus dua juta ton beras pun tercapai, bahkan terlampaui.

Pada titik ini, Syahrul mendorong batasan-batasan produksi pertanian padi Sulsel, ia menunjukkan bahwa tidak ada yang mustahil dicapai, apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

Segera setelah target surplus dua juta ton beras tercapai, Syahrul kembali meningkatkan target produksi dari tahun ke tahun dan hasilnya pada penghujung 2017, Kepala Dinas Pertanian Sulsel, Fitriani mengemukakan jumlah produksi padi Sulsel mencapai 6,01 juta ton GKG.

Peningkatan surplus beras yang berhasil dicatatkan Sulsel dari tahun ke tahun secara konsisten, menghantarkan provinsi ini menjadi pilar utama penyangga pangan nasional.

Beras produksi Sulsel telah dikirim ke berbagai provinsi di Tanah Air. Pada 14 Juli 2015, Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman melepaskan pengiriman beras produksi Sulsel ke 11 provinsi di Indonesia, yaitu Provinsi Kalimantan Barat, Maluku, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Papua, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Jambi, Riau, Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.

Upaya mewujudkan target surplus beras hingga jutaan ton, tentu saja bukan perkara yang mudah. Untuk mewujudkannya, Pemprov Sulsel berinvestasi cukup besar.

Berdasarkan data Analisis Keuangan Publik Sulawesi Selatan Tahun 2012 yang disusun oleh Bank Dunia, selama periode 2005-2010, belanja sektor pertanian di Sulawesi Selatan meningkat lebih dari dua kali lipat.

Belanja sektor pertanian di tingkat provinsi meningkat rata-rata 23,5 persen per tahun selama periode 2005-2011.

Pendekatan arah investasi yang berbeda juga tampak jelas antara periode pertama (2008-2013) dengan periode kedua (2013-2018) kepemimpinan Syahrul.

Pada periode pertama, investasi pemerintah tampak melalui berbagai paket bantuan sarana produksi langsung seperti pupuk dan bibit untuk mengakselerasi pertumbuhan produksi pangan.

Pada periode ini teknologi sederhana diperkenalkan dan kualitas SDM petani ditingkatkan melalui penyuluhan dan sekolah lapang.

Baca juga: 

Berikut Nama- Nama Kabinet Indonesia Maju Jokowi- Ma’ruf

Sehingga Presiden Jokowi menaruh kepercayaan Gubernur Syahrul Yasin Limpo sebagai Menteri Pertanian demi mewujudkan Indonesia sebagai Swasembada Pangan

Apalagi rakyat indonesia yang mayoritas penduduk adalah petani membutuhkan tatakelola pertanian yang modern sehingga dapat mereposisi petani yang marginal miskin menjadi petani yang kaya dan sejahtera sekaligus menghadirkan kedaulatan dan ketahanan pangan yang kuat dalam pergaulan dunia intetnasional

Jadi paling tepat kalau SYL menduduki jabatan Menteri Pertanian dan banyak tokoh masyarakat yang ada di Sulawesi Selatan menginginkan beliau berada di pemerintahan

Ketua Forum Rakyat Pemerhati Bangsa, R.Ismail, menyampaikan selamat khususnya kapada Syahrul Yasin Limpo atas di lantiknya sebagai menteri pertanian RI pada kabinet Jokowi Indonesia Maju diistana negara jakarta 23/10/2019.

Pengalaman panjang dan kompetensi SYL tentu menjadi modal utama beliau untuk mengelola urusan dalam bidang pertanian menuju tatakelola pertanian modern mereposisi petani marginal menjadi petani yang sejatera, tidak hanya itu bagaimana lalu menghadirkan kedaulatan dan ketahanan pangan dalam pergaulan dunia internasional.

Kita doakan bersama semoga SYL diberi kelancaran dan keberkahan dalam mengemban tugas mulia yang diberikan kepadanya- (YK)

Leave a Reply