Jurnal8.com|Akibat hujan yang terus menerus terjadi, Jumat (18/11) dan mengakibatkan banjir dalam wilayah kota Makassar dan sekitarnya, juga dialami warga Bumi Samata Permai (BSP) di kelurahan Samata, Kecamatan Somba Opu, kabupaten Gowa, Sulsel.
Hal tersebut diungkapkan Dg Sijaya sekretaris ORW 07 Kelurahan Samata, saat ditemui Sabtu (19/11) di kompleks BSP. Menurut Sijaya, banjir yang dialami warganya tersebut, khususnya dialami warga di blok C. D dan blok E terjadi akibat kiriman air dari daerah lain.
“Bukan karena terbukanya pintu air bendungan dam Bili Bili Jeneberang, tapi ini murni banjir kiriman dari daerah sekitarnya, dan biasanya hanya sebentar, tapi berdampak pada perabot warga yang bisaanya sulit diselamatkan” ujar Sijaya yang ditemani La Haji, ketua RT.03 saat memberi keterangan pers.
Ia menambahkan, dari sekitar 500 kepala keluarga (KK) yang mendiami kompleks BSP tersebut, sedikitnya ada 200 KK, warga yang mengalami musibah banjir. “Sedikitnya ada 200 KK yang mengalami musibah banjir, dan sementara kami data para warga tersebut,” terang Sijaya yang diamini La Haji.
Dia juga mengisahkan pada tahun 2019 lalu, saat pintu air bendungan Bili Bili dibuka, kompleks BSP mengalami banjir hingga mencapai 1 meter lebih atau sejajar dengan pinggang orang dewasa. “Pada saat itu, kami semua terpaksa mengungsi di Masjid dan beberapa rumah rumah penduduk yang tinggi, sebab rumah kami tergenang hingga mencapai 1 meter lebih” kenang La Haji.
Sementara itu dari pantauan wartawan media ini, bukan hanya di RW,07 kelurahan Samata yang terdampak banjir, namun juga terjadi di RW.06 Rappocidu. Samata. “Rappocidu (ORW.06) juga mengalami banjir sama seperti di kompleks kami, lokasi kami memang berbatasan dengan sawah warga, dan rentan dengan banjir,” tandas Dg Sijaya.
Sementara itu salah satu warga di kompleks tersebut bernama Adi, mengungkapkan ketinggian air di dalam rumahnya mencapai sekitar 60 cm. “Kami sulit beraktifitas dengan baik akibat banjir tersebut, ketinggian air mencapai sekitar 60 cm, belum lagi di jalanan yang lebih dari itu (60-red)” terang Adi.
Hingga berita ini naik cetak, wartawan belum berhasil menemui Lurah Samata, Abd Wahab Rachman yang masih meninjau banjir di lokasi lain. (gus)