JURNAL8.COM | MAKASSAR – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Makassar, Rudianto Lallo bersama Walikota Makassar, Moh.Ramdhan Pomanto, Kapolwilatbes Makassar, mantan Walikota Makassar, Ilham Arif Sirajuddin, serta ribuan warga muslim di Makassar melaksanakan salat Idul Fitri, 1 syawal 1444 Hijriah, atau bertepatan dengan 22 April 2023.
Salat Id yang dilaksanakan di lapangan Karebosi itu menghadirkan ustaz Mardan sebagai imam, dan HM.Ashar Tamanggong sebagai khatib.
Usai salat Id, HM.Ashar Tamanggong pun ke mimbar untuk menguraikan hikmah Idul Fitri. Dalam waktu setengah jam, ATM—sapaan akrabnya menggugah hati jemaah. Salah satunya, seperti disampaikan Ketua Setya Kita Pancasila (SKP) Kota Makassar, Asrijal Syahruddin. Dia terlihat meneteskan air mata ketika mengingat ayahnya yang kini almarhum.
“Saya betul betul terharu. Saya sempat tertunduk dan meneteskan air mata, ketika mendengar khatib jika usai shalat Id ini nanti, pulanglah dengan tenang, bersimpuhlah di hadapan ayah dan ibu kita, jabat dan ciumlah tangannya. Akuilah kesalahan kita dengan tulus. Bersyukurlah bagi yang masih punya ayah dan ibu, sehingga di hari raya ini bisa menggenggam tangannya. Tetapi, tiba tiba ingatan saya tertuju kepada ayah yang sudah meninggal,” ujarnya.
Masih kata ATM, jika salah satu orang tua telah tiada, maka berziarahlah ke kuburannya. Merenunglah di atas pusara mereka. Kenanglah kebaiknnya, dan lupakan keburukannya. Ingatlah, tak kala kita masih kecil dulu, berhari raya bersama ayah dan ibu. Mereka memandikan kita, dipakaikannya baju baru, disisirkanlah rambut kita, dikasihnya minyak wangi, lalu diciumnya kita, diajaknya kita salat idul fitri bersama. Sengguh suasana idul fitri yang sangat indah. Namun kini mereka telah tiada. Mereka telah kembali kepada yang kuasa. Semua hanya tinggal kenangan. Hanya doa yang dapat kita panjatkan, semoga kelak kita kembali dapat dipertemukan di surga.
Di bagian lain, kandidat doktor Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar ini juga menguraikan, 1 syawal menandakan pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri. Itu berarti Ramadan telah berlalu. Atau yang disebut, hari kemenangan bagi umat Islam, setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh.
Ibarat menyambut para pejuang yang baru pulang dari medan perang dengan membawa kemenangan, disambut dengan suka cita. Hanya saja, pertanyaannya, kemenangan seperti apakah yang diraih ummat Islam hari Idul Fitrih tersebut.
Karena itu, Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kota Makassar itu mengemukakan, dimomen salat Idul Fitri ini, setidaknya ada tiga bentuk kemenangan yang diraih.
Pertama, kemenangan spritual. Yaitu, kemenangan jiwa. Sebab, jiwa yang menang adalah jiwa yang selalu bersih, dan suci dari berbagai noda dan penyakit seperti syirik, sombong, hasad, dan dengki. Serta berbagai penyakit hati lainnya yan diharapkan melalui Ramadan kali ini dapat terkisis habis.
“Sungguh telah menang dan beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya”, demikian ATM menerjemahkan berfirman Allah dalam Q.S.Asy-Syams: 9-10.
Jiwa yang menang adalah jiwa yang selalu berupaya untuk membentengi diri dari berbagai bentuk penyimpangan dan penodaan terhadap aturan yang telah ditetapkan Allah SWT, dan itu adalah hakikat taqwa sesungguhnya yang ingin dicapai melalui ibadah puasa.
Apabila sifat taqwa itu sudah tumbuh subur dalam jiwa seseorang, maka ia akan selalu relah dan senang hati untuk menerima, sekaligus melaksanakan aturan Allah. Apapun konsekuensi yang akan dihadapinya, meskipun akan mengorbankan sesuatu yang akan dihadapinya, sesuatu yang paling dia cintai, atas nama cinta kepada Allah dan Rasulnya. Jika itu berhasil dia lakukan, maka saat itu ia sedang merayakan puncak kemenangan spritualnya.
Setidaknya ada satu karakter jiwa yang ingin dibina oleh Ramadan. Yaitu, jujur atau amanah. Sebab, ibadah puasa adalah ujian bagi kejujuran kota. Tidak ada yang mengetahui kepastian orang yang berpuasa, selain daripada Allah SWT. Berbeda dengan ibadah yang lain, seperti shalat, haji, zakat, dan lainnya.
Kedua, kemenangan emosional. Ibadah Ramadan akan membimbing ummat Islam menuju kemenangan emosional. Emosi adalah sifat perilaku dan kondisi perasaan yang terdapat dalam diri seseorang. Ia bisa berupa rasa ingin marah, rasa takut, rasa cinta, atau keinginan yang kuat untuk mencantai, membenci, rasa cemas, rasa minder, dan lain sebagainya. Emosi yang menang adalah apabila ia terkendali, yang dalam istilah agama disebut dengan sabar. Sabar dalam Islam, bukanlah satu kelemahan, tetapi sabar justru merupakan suatu kekuatan.
Kesabaran merupakan karakter yang sangat mulia dan ia bisa diraih dengan cara melatih dan membiasakan diri dengannya. Maka bulan Ramadhan merupakan kesempatan yan besar bagi seorang muslim untuk melatih kesabaran itu. Ia dilatih untuk mengontrol jiwanya dari pengaruh hawa nafsunya. Dengan begitu, ia bisa keluar dari bulan Ramadhan sebagai prbadi yang kuat dan pandai mengendalikan diri dan emosinya.
Ketiga, Kemenangan Intelektual. Ibadah Ramadan juga akan melahirkan sosok sosk pribadi muslim yang menang secara intelektual. Kemenangan intelektual ditandai dengan kecerdasan dalam memahami realita yang selalu dapat memberikan keseimbangan pada diri dan pemikiran. Kecerdasan intelektual dalam perspektif Islam ditandai dengan apabila selalu bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Selalu mempertimbangkan antara manfaat dan mudhorat, dan selalu mengerti akan hak dan kewajiban.
Kecerdasan seperti inilah yang selalu ingin dibina oleh ibadah puasa pada setiap pribadi muslim. Karenanya, puasa selalu menuntut kita untuk selalu hati hati dalam bertindak, bersikap, dan berucap. Agar tidak ternodai nilai nilai puasa yang sedang dikerjakan. Inlah tiga kemenangan besar yang diharapkan dapat diraih pasca Ramadhan, dan dapat pula diaplikasikan atau diterapkan pada 11 bulan mendatang.
Pria Makassar kelahiran Takalar ini juga mengurai sabda Rasulullah seperti diriwayatkan HR Tirmidz. “Wahai manusia, terbarkanlah salam, bagikanlah makanan, sambung silaturahmi, dan shalatlah pada waktu malam ketika orang orang sedang tidur. Niscaya kalian pasti masuk surga dengan selamat”.
Inti hadits ini mengajarkan kepada kita untuk menguatkan hablumminallah dan hablumminannas dengan meneruskan amalah sholat Qiyamullah dan ibadah sosial pada 11 bulan ke depan, seperti zakat fitra sebagai bentuk empati dan kasih sayang kepada sesama. Termasuk, selalu menghubungkan tali shilaturahmi.
Marilah kita rayakan kemenangan ini dengan bermaaf-maafan, dan mempererat silaturahmi. Lanjutkan amaliah Ramadan, pedulilah kepada orag miskin dan anak yatim. Tegaklah sholat, tunaikan zakat, jauhi maksiat, dan semoga Allah memberi taufik, hidayah, serta magfirohnya kepada kita semua. (*)
Leave a Reply