“Meningkatkan Literasi: Solusi Efektif untuk Pengadaan Buku di Sekolah”

Jurnal8.com | Makassar – Pengadaan buku di sekolah-sekolah Indonesia kini tengah menjadi pusat perhatian, terutama terkait dengan pengadaan buku wajib dari Dana BOS dan kebutuhan buku fiksi. Meskipun buku pelajaran merupakan prioritas utama dalam sistem pendidikan, kekhawatiran mengenai kekurangan buku fiksi yang penting untuk mendukung literasi anak terus mencuat.

Program Buku BOS bertujuan untuk memastikan setiap siswa memiliki akses ke buku pelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Namun, di banyak sekolah, keterbatasan ruang di perpustakaan membuat penambahan buku baru menjadi tantangan besar. “Saya bertanya kepada pihak perpustakaan mengenai alasan penambahan buku meskipun sudah ada satu buku untuk satu anak,” ungkap Rizal Norma, seorang purnabakti pendidikan yang berpengalaman. Pertanyaan ini mengangkat isu mendasar: apakah kebijakan tersebut masih relevan di era modern ini?

Dalam konteks ini, buku fiksi seharusnya memegang peranan penting dalam memperkaya pengalaman belajar siswa. Buku-buku fiksi tidak hanya berfungsi sebagai alat pembelajaran tetapi juga sebagai jembatan untuk meningkatkan keterampilan literasi dan daya imajinasi anak-anak. Sayangnya, banyak sekolah yang belum memprioritaskan pembelian buku fiksi atau buku digital yang dapat memperluas pengetahuan dan wawasan siswa di luar kurikulum formal.

Purnabakti pendidikan Rizal Norma juga menyoroti perubahan signifikan dalam kurikulum dari Kurikulum 2013 (K-13) ke Kurikulum Merdeka Belajar. Perubahan ini menimbulkan pertanyaan penting: Apakah terdapat perbedaan mendasar dalam penyampaian materi seperti 1 + 1 antara buku-buku kurikulum K-13 dan Merdeka Belajar? Pertanyaan ini menggambarkan kekhawatiran tentang bagaimana perubahan kurikulum dapat mempengaruhi kualitas pendidikan dan konsistensi materi ajar.

Dengan adanya perubahan kurikulum dan tantangan dalam pengadaan buku, para pengambil kebijakan pendidikan diharapkan dapat memberikan klarifikasi yang komprehensif. Penting untuk memahami bagaimana kebijakan pengadaan buku, terutama buku fiksi dan digital, dapat dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang berkembang. Selain itu, evaluasi mendalam dan penyesuaian kebijakan diperlukan untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan bahan ajar yang memadai, mendukung proses pembelajaran yang efektif, dan memperkaya pengalaman edukasi mereka secara menyeluruh.

Dalam menghadapi tantangan ini, kepedulian terhadap kualitas dan keberagaman buku yang tersedia di sekolah-sekolah harus menjadi prioritas utama. Langkah ini diharapkan dapat memajukan pendidikan di Indonesia menuju arah yang lebih baik dan lebih inklusif, memastikan bahwa setiap anak memiliki akses ke bahan ajar yang berkualitas dan bermanfaat.

Ketua Lembaga Monitoring Kinerja Apartur Negara (LEMKIRA ), Rizal Noma membuat beberapa masukan kepada pihak sekolah.

Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diambil agar pengadaan buku di sekolah tepat sasaran:

  1. Evaluasi Kebutuhan Buku Secara Berkala Lakukan penilaian rutin terhadap kebutuhan buku di setiap sekolah untuk memastikan bahwa pengadaan buku sesuai dengan kebutuhan aktual siswa. Libatkan guru, pustakawan, dan pihak sekolah dalam proses evaluasi untuk mendapatkan gambaran yang akurat.

  2. Prioritaskan Buku Fiksi dan Digital Alokasikan anggaran khusus untuk membeli buku fiksi dan buku digital yang dapat memperkaya literasi dan imajinasi siswa. Perpustakaan sekolah perlu dilengkapi dengan koleksi buku fiksi yang variatif untuk mendukung pengembangan keterampilan membaca.

  3. Optimalkan Penggunaan Ruang Perpustakaan Tinjau kembali manajemen ruang di perpustakaan untuk memastikan bahwa ada cukup tempat untuk menampung buku baru. Pertimbangkan solusi seperti penyimpanan vertikal atau digitalisasi sebagian koleksi buku untuk mengatasi keterbatasan ruang.

  4. Sesuaikan Buku dengan Kurikulum Pastikan buku-buku yang dibeli selalu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Untuk kurikulum yang baru, seperti Kurikulum Merdeka Belajar, lakukan pelatihan bagi pendidik mengenai perubahan materi ajar dan cara integrasinya ke dalam proses belajar.

  5. Tingkatkan Transparansi dan Akuntabilitas Buat mekanisme pelaporan dan akuntabilitas yang jelas dalam pengadaan buku. Pastikan bahwa semua proses pengadaan dilakukan secara transparan dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan untuk menghindari penyalahgunaan dana.

  6. Libatkan Stakeholder dalam Pengambilan Keputusan Ajak pihak-pihak terkait seperti orang tua, komunitas pendidikan, dan ahli literasi dalam pengambilan keputusan tentang jenis buku yang perlu diadakan. Ini akan memastikan bahwa kebutuhan semua pihak diperhatikan.

  7. Gunakan Teknologi untuk Evaluasi dan Pengadaan Manfaatkan teknologi informasi untuk melacak penggunaan buku, mengidentifikasi kekurangan, dan mempermudah proses pengadaan. Sistem manajemen perpustakaan digital dapat membantu memantau dan mengelola koleksi buku secara efisien.

  8. Adakan Program Pembelajaran dan Sosialisasi Lakukan program sosialisasi dan pelatihan untuk guru dan pustakawan mengenai pentingnya buku fiksi dan digital dalam pembelajaran. Ini akan membantu mereka memahami nilai buku-buku tersebut dan cara memanfaatkannya secara optimal dalam pengajaran.

Dengan menerapkan solusi-solusi ini, diharapkan pengadaan buku di sekolah dapat lebih tepat sasaran, memenuhi kebutuhan pendidikan, dan mendukung perkembangan literasi serta imajinasi siswa secara efektif. (by icky)

Leave a Reply