JURANL8.COM| Dalam upaya mendukung transisi menuju Energi Baru Terbarukan (EBT), tantangan terbesar yang dihadapi adalah tingginya kebutuhan investasi. Kementerian ESDM memperkirakan bahwa pengembangan EBT membutuhkan dana sebesar 28,5 miliar dolar AS per tahun, namun realisasinya pada tahun 2022 hanya mencapai 2%, yaitu sekitar 1,55 miliar dolar AS.
Mengatasi tantangan ini, sekelompok mahasiswa dari Teknik Lingkungan Universitas Pertamina (UPER) berhasil menciptakan inovasi ramah lingkungan berupa layangan penghasil listrik. Tim yang terdiri dari I Putu Krisna Adi Putra, Laela Vutri, Sophia Az-Zahro Setiawan, Gifari Fadhil Rahman, dan Syifa Sabrina ini mengembangkan teknologi bernama Wind Wave Power. Karya mereka berhasil membawa tim UPER masuk ke dalam 9 besar nasional dalam kompetisi bergengsi Tech Planter.
“Kami tergerak oleh keinginan untuk menyediakan sumber listrik di daerah terpencil di Indonesia. Layangan naga yang kami kembangkan, yang terdiri dari 45 layangan dengan panjang 25 meter, mampu menghasilkan daya sebesar 10 watt dalam waktu 30 menit penerbangan, cukup untuk menyalakan lampu selama 9 jam,” ungkap Krisna, ketua tim Wind Wave Power.
Proses kerja layangan ini cukup sederhana. Layangan dihubungkan dengan baling-baling yang memutar generator DC. Energi kinetik angin kemudian diubah menjadi energi mekanik untuk memutar rotor, dan listrik yang dihasilkan disimpan dalam baterai berkapasitas 7,5 Ah sebelum ditransmisikan ke inverter AC 220 volt.
“Kami terinspirasi oleh SkySails, teknologi Jerman yang menggunakan layangan raksasa untuk mengubah energi angin menjadi daya dorong bagi kapal dan listrik. Kami kemudian mengadaptasinya dengan menggunakan layangan sederhana yang sesuai dengan budaya lokal Indonesia. Hasil riset menunjukkan bahwa layangan yang lebih panjang dan besar dapat memberikan daya angkat dan stabilitas yang lebih tinggi, meningkatkan efisiensi output. Selain itu, produk kami juga dilengkapi dengan pendeteksi hujan yang secara otomatis mengirimkan sinyal kepada operator jika terjadi hujan,” jelas Krisna.
Menariknya, karya Krisna dan tim merupakan produk berbasis riset yang dikembangkan oleh mahasiswa, sementara sebagian besar dari delapan finalis lainnya di Tech Planter sudah berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Tech Planter adalah kompetisi inovasi bisnis berbasis teknologi yang diselenggarakan oleh Leave a Nest, sebuah perusahaan asal Jepang yang memiliki jaringan di Asia seperti Singapura, Malaysia, Filipina, dan Jepang.
“Wind Wave Power adalah solusi inovatif untuk pembangkit listrik alternatif yang lebih sederhana dan terjangkau dibandingkan turbin angin konvensional. Kami berharap inovasi ini dapat terus dikembangkan dan bekerja sama dengan Leave a Nest sebagai penyedia energi bersih. Saya sangat mengapresiasi inisiatif ini, terutama karena Wind Wave Power menjadi satu-satunya peserta dari kalangan mahasiswa,” ujar Aisyah Abdul Hamid, Asisten Manajer Frontier Development Division, Leave a Nest Malaysia.
Rektor Universitas Pertamina, Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir, M.S., juga menyampaikan kebanggaannya atas inovasi yang dihasilkan oleh tim Wind Wave Power.
“Saya memberikan apresiasi besar kepada tim mahasiswa UPER yang berhasil menciptakan solusi nyata bagi tantangan energi masa depan. Sebagai universitas yang dekat dengan dunia industri, Universitas Pertamina selalu mendukung mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu melalui berbagai kegiatan seperti kolaborasi proyek dengan industri, riset bersama dosen dan praktisi, serta partisipasi dalam kompetisi. Harapannya, para lulusan dapat menjadi agen perubahan yang mampu menjawab tantangan global,” kata Prof. Wawan.
Sebagai tambahan informasi, Universitas Pertamina saat ini membuka pendaftaran bagi calon mahasiswa baru. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui https://pmb.universitaspertamina.ac.id.
Leave a Reply