Berita Terbaru jurnal8.com | Dunia Politik Hingga Hiburan‎

SPF SMP Negeri 2 Makassar: Transformasi Pendidikan Melalui Kurikulum Merdeka”

Jurnal8.com – Dunia pendidikan Indonesia mengalami perubahan besar dengan penerapan Kurikulum Merdeka, dan SMP Negeri menjadi salah satu pionir dalam proses ini. Kurikulum baru ini tidak hanya memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih proyek pembelajaran, tetapi juga mendorong mereka untuk lebih aktif dalam mengembangkan kreativitas dan keterampilan praktis.

Dalam sebuah wawancara eksklusif, PLT Kepala Sekolah UPT SPF SMPN 2 Makassar, Andi Mardiani Maddusila, berbagi pandangan mengenai penerapan Kurikulum Merdeka.

“Implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah kami cukup positif. Guru-guru kini memiliki kebebasan untuk merancang metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Fokus kami tidak hanya pada pencapaian akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter dan kreativitas siswa,” ujarnya.

Saat ditanya tentang perubahan signifikan yang terjadi sejak penerapan Kurikulum Merdeka, Andi menjelaskan, “Salah satu perubahan utama adalah pendekatan pembelajaran berbasis proyek. Siswa lebih terlibat dalam kegiatan praktis dan eksploratif, seperti pembuatan produk dari bahan alami atau kegiatan di luar kelas. Ini memberikan ruang bagi pengembangan keterampilan praktis, bukan hanya teori.”

Kesiapan guru dan siswa juga menjadi perhatian penting dalam implementasi ini. Andi menjelaskan bahwa para guru telah mengikuti pelatihan intensif yang diselenggarakan oleh pemerintah dan sekolah. “Kami juga memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti lokakarya pengembangan diri agar lebih siap menerapkan metode pengajaran yang baru,” imbuhnya.

Mengamati reaksi siswa terhadap Kurikulum Merdeka, Andi menuturkan, “Siswa merespons dengan antusias karena mereka diberi kebebasan untuk memilih proyek sesuai minat. Misalnya, beberapa siswa membuat minyak urut dari daun Badara atau hand sanitiser dari lidah buaya. Ini membuat mereka lebih terlibat dalam pembelajaran.”

Namun, Andi mengakui tantangan terbesar adalah keterbatasan sumber daya, terutama dalam akses teknologi dan fasilitas pendukung pembelajaran berbasis proyek.

“Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat digital di rumah, sehingga ini menjadi fokus perbaikan kami. Kami berupaya meningkatkan akses teknologi di sekolah dengan menyediakan komputer dan ruang belajar yang lebih fleksibel, serta menjalin kerja sama dengan pihak luar untuk materi pembelajaran yang relevan.” terangnya

Andi juga menjelaskan peran siswa dalam evaluasi diri. “Siswa kini lebih aktif dalam mengevaluasi proses belajar mereka. Mereka diajak untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana bisa memperbaiki diri, baik secara akademik maupun keterampilan,” katanya.

Mengenai dampak terhadap siswa, Andi mencatat peningkatan dalam aspek akademik serta keterampilan berpikir kritis dan kreativitas. “Mereka lebih berani menyampaikan pendapat dan terlibat dalam diskusi kelas,” tambahnya.

Sekolah juga melibatkan orang tua dalam proses ini. “Kami aktif berkomunikasi dengan orang tua melalui pertemuan dan sosialisasi mengenai tujuan dan manfaat Kurikulum Merdeka. Beberapa orang tua awalnya khawatir tentang fleksibilitas yang terlalu besar, tetapi setelah melihat hasil proyek dan kegiatan belajar yang lebih kreatif, banyak yang mulai mendukung pendekatan ini,” jelasnya.

Salah satu proyek yang menonjol adalah pembuatan minyak urut dari daun Badara dan hand sanitiser dari lidah buaya. Proyek-proyek ini tidak hanya melatih kreativitas, tetapi juga keterampilan kewirausahaan yang bisa bermanfaat di masa depan. ( Laporan icky)