Jurnal8.com | Di tengah kesibukan dunia media, seorang jurnalis bernama Edi mulai dikenal karena keunikannya. “Kelebihan saya ada di visual. Bukan sekadar foto-foto biasa, tapi penuh dengan narasi yang hidup,” ungkapnya penuh percaya diri.
Edi sadar bahwa banyak media hanya mengandalkan berita tertulis tanpa visual yang menarik. “Orang lebih tertarik kalau ada narasi visual yang interaktif. Itu menjadi daya tarik tersendiri, terutama di era media sosial,” jelas Edi.
“Saya tahu, dari situlah kamu mulai dikenal, ya?” tanya Ricky, sahabat yang mengikuti perjalanannya.
“Betul,” jawab Edi. “Dulu, saya memang memulai di TV kabel, tapi saat itu media online belum seperti sekarang.”
Tahun 2010, Edi sempat bergabung dengan Fajar TV, namun ketika itu aku sempat istirahat, ia mulai mandiri. “Mulai 2011, saya berjalan sendiri dengan bendera WAJO TV dan portal Beritawajo.id,” katanya. Media sosial turut mempercepat penyebaran berita yang ia buat, dan sejak itu, ia mendapat kesempatan meliput banyak peristiwa, bahkan umrah gratis di Jeddah, Madinah, dan Mekkah.
Namun, perjalanannya tidak selalu mulus. Nama “WAJO TV” pernah mendapat teguran dari KPID, sehingga Edi harus mengubahnya menjadi WAJO DV (Wajo Digital Vision). “Setelah punya badan hukum, saya kembali pakai nama WAJO TV di YouTube dan TV kabel,” ungkapnya bangga.
Edi membuktikan bahwa kreativitas dan ketekunan bisa mengantarnya ke pencapaian yang lebih tinggi. “Saya tahu, ini jalan yang sulit, tapi setiap langkah yang diambil adalah bagian dari cerita hidup saya yang membuat WAJO TV tetap dikenal,” ucapnya penuh syukur. (By. Icky)