“Sindikat di Balik Kampus”

Cerita ini mengungkap sisi gelap dunia pendidikan yang terjerat dalam praktik ilegal. Di balik prestise seorang akademisi, tersembunyi kejahatan yang merusak integritas dan moralitas.

Jurnal8.com|Makassar, Di tengah segala hiruk-pikuknya, selalu memancarkan aura kegembiraan bagi setiap mahasiswa yang datang menuntut ilmu. Di sana, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Gowa menjadi salah satu perguruan tinggi paling bergengsi. Namun, di balik aura kebanggaan tersebut, ada sebuah rahasia kelam yang perlahan mengungkapkan dirinya. Sebuah rahasia yang menyentuh hingga ke relung terdalam dunia pendidikan, mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan.

Andi Ibrahim, seorang pria berusia lima puluhan dengan penampilan rapi dan cerdas, sudah lama dikenal di kalangan akademisi UIN Alauddin. Sebagai Kepala Perpustakaan, dia memiliki pengaruh yang besar. Namun, siapa sangka, di balik wajah bijaknya itu, ia menjadi otak dari sebuah sindikat uang palsu yang mencengkeram kampus dan melibatkan banyak pihak.

Awalnya, tidak ada yang curiga. Perpustakaan kampus, tempat yang seharusnya menjadi pusat literasi dan pengetahuan, justru menjadi tempat persembunyian bagi kegiatan yang sangat ilegal. Untuk mahasiswa dan staf kampus, Andi Ibrahim dikenal sebagai sosok yang tegas, disiplin, dan selalu siap membantu. Namun, di mata beberapa orang tertentu, ia adalah sosok yang penuh rahasia.

Pada tahun 2010, Andi bertemu dengan seorang kenalan yang tidak terlalu tampak mencolok: seorang pengusaha dari Surabaya yang dikenal dengan nama sebutan “Pak Heru”. Pak Heru ini dikenal memiliki jaringan luas di dunia bisnis, namun siapa sangka, dia terlibat dalam produksi uang palsu dengan mesin dan teknologi yang canggih. Andi, yang mulai merasa kesulitan finansial, dipikat dengan tawaran untuk ikut serta dalam sindikat tersebut. Dia tidak hanya tertarik dengan keuntungan instan, tetapi juga dengan janji kekayaan yang bisa mengubah hidupnya.

Setelah bertahun-tahun beroperasi di bawah radar, Andi mulai menyadari bahwa kapasitas peralatan yang mereka impor dari China untuk mencetak uang palsu tidak hanya menguntungkan, tetapi juga sangat berisiko. Mereka memproduksi uang palsu dalam jumlah besar, melebihi yang dapat dibayangkan oleh siapa pun. Uang palsu tersebut dibagikan ke berbagai daerah di Sulawesi Selatan, dengan peran Andi sebagai penghubung antara para produsen dan para penyebar uang tersebut.

Tak hanya Andi yang terlibat. Beberapa oknum ASN (Aparatur Sipil Negara) dari Pemprov Sulawesi Barat dan oknum karyawan bank BUMN juga ikut terjerat. Mereka menjadi bagian dari jaringan yang bekerja sama untuk mendistribusikan uang palsu ke pasar-pasar dan toko-toko di Gowa-Makassar. Untuk memastikan operasi mereka berjalan lancar, mereka bahkan membeli barang-barang kebutuhan kampus menggunakan uang palsu tersebut. Keberhasilan mereka sempat membuat mereka lengah.

Namun, setiap kejahatan pasti meninggalkan jejak. Pada 2022, setelah mereka mengimpor mesin cetak terbaru dari China, polisi mulai memantau aktivitas yang semakin mencurigakan. Mereka menyadari ada transaksi yang mencurigakan di sekitar wilayah Kabupaten Gowa, tepatnya di Kecamatan Pallangga. Ada laporan bahwa sejumlah toko di sana mulai menerima uang dengan nominal yang mencurigakan. Setelah melakukan penyelidikan lebih lanjut, polisi menemukan bahwa uang palsu tersebut berasal dari kampus UIN Alauddin.

Rheonald T Simanjuntak, Kapolres Gowa, yang terdepan dalam penyelidikan ini, mulai membuka mata banyak pihak. Polisi akhirnya menemukan jalan masuk ke dalam jaringan ini dengan menyusup ke sistem distribusi uang palsu. Mereka berhasil menelusuri jejak transaksi yang mengarah pada perpustakaan UIN Alauddin. Di sana, mereka menemukan bukti-bukti yang tak terbantahkan: uang palsu yang siap edar, alat cetak uang, dan dokumen terkait produksi uang palsu.

Polisi kemudian bergerak cepat, menggeledah perpustakaan dan mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk uang palsu senilai Rp 446,7 juta. Para tersangka yang terlibat pun mulai terungkap. Selain Andi Ibrahim, sejumlah ASN dari Pemprov Sulsel dan beberapa pegawai bank BUMN turut diamankan. Jaringan yang sudah beroperasi selama lebih dari satu dekade ini akhirnya hancur berantakan. Polisi berhasil mengamankan 17 orang tersangka, dan mereka semua kini terancam hukuman penjara yang sangat berat.

Berita penggerebekan itu menyebar cepat di seluruh kampus. Rektor UIN Alauddin, Dr. H. M. Azhar Arsyad, merasa tercengang dan kecewa. Bagaimana mungkin seseorang yang dipercaya mengelola perpustakaan kampus bisa terlibat dalam kejahatan sebesar ini? Ia segera mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Andi Ibrahim akan diberhentikan dari jabatannya sebagai Kepala Perpustakaan, dan pihak kampus akan bekerja sama dengan pihak berwajib untuk menyelesaikan masalah ini.

“Ini adalah pelajaran besar bagi kita semua. Tidak ada tempat untuk kejahatan di kampus ini. Kami akan memastikan bahwa yang terlibat akan mendapat konsekuensi sesuai hukum,” kata Azhar dengan tegas.

Di luar kampus, warga Makassar mulai berdiskusi hangat tentang kejadian ini. Banyak yang merasa terguncang bahwa kejahatan bisa berkembang begitu subur di dalam institusi pendidikan yang seharusnya menjadi benteng moral dan intelektual. Beberapa netizen bahkan menyebutkan bahwa meskipun Andi Ibrahim adalah kepala perpustakaan, tidak ada yang bisa menghindar dari godaan uang mudah. Banyak juga yang mengecam pihak kampus karena tidak cukup waspada terhadap aktivitas yang terjadi di sekitar mereka.

Namun, di balik keramaian tersebut, ada satu pertanyaan yang menggantung di benak banyak orang. Bagaimana Andi Ibrahim dan para tersangka lainnya bisa sedalam ini terjerat dalam dunia uang palsu? Ternyata, bagi mereka, semuanya dimulai dari rasa keserakahan dan kemudahan. Dengan uang, mereka merasa dapat mengendalikan dunia.

Sementara itu, polisi masih melanjutkan penyelidikan untuk membongkar lebih banyak lagi sindikat uang palsu yang mungkin terhubung dengan kasus ini. Pihak berwajib bertekad untuk tidak hanya menghukum para pelaku, tetapi juga mencegah agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

foto : Dr Andi Ibrahim dan mesin cetak uang palsu. Dosen UIN Alauddin ini jadi tersangka kasus pabrik uang palsu.

Kasus ini menyisakan duka bagi banyak pihak. Bagi para mahasiswa yang telah mempercayakan masa depan mereka kepada universitas ini, bagi staf kampus yang merasa dikhianati, dan bagi rektor yang terpaksa menghadapi kenyataan pahit bahwa lembaga pendidikan mereka telah digunakan untuk menutupi kejahatan. Namun, ada satu hal yang jelas: kejahatan, meskipun tersembunyi, akan selalu terbongkar pada akhirnya.

Laporan: Icky

 

 

Leave a Reply