Uang Palsu: Simbol Kebobrokan Moral dan Kegagalan Pengawasan

Jurnal8.com|Ketika selembar uang palsu berpindah tangan, ia tidak hanya menciptakan kerugian ekonomi, tetapi juga menampar wajah kepercayaan publik terhadap sistem. Belakangan ini, maraknya peredaran uang palsu menjadi isu yang viral, bukan hanya karena jumlahnya yang mengkhawatirkan, tetapi juga karena ketidakmampuan aparat dan lembaga terkait untuk mencegahnya.

Pengawasan atau Sekadar Formalitas?

Bank Indonesia (BI) dan lembaga keuangan lainnya seharusnya menjadi benteng terakhir yang melindungi masyarakat dari ancaman ini. Namun, apa yang terjadi? Kelemahan dalam pengawasan menjadi celah bagi oknum untuk memproduksi dan mengedarkan uang palsu tanpa rasa takut. Seperti gawang yang kosong tanpa penjaga, sistem ini dibiarkan berlubang.

Yang lebih memalukan, pemerintah lebih sibuk membanggakan pencapaian ekonomi daripada menyelesaikan masalah mendasar seperti ini. Seremoni peluncuran desain baru uang kertas terlihat indah, tetapi apa artinya jika di pasar rakyat, uang palsu terus bergentayangan?

Dampak yang Tak Terlihat Tapi Mematikan

Uang palsu bukan sekadar masalah ekonomi, ia adalah virus yang perlahan melumpuhkan masyarakat. Pedagang kecil kehilangan pendapatan karena menerima uang yang tak berharga. Kepercayaan antarindividu terkikis ketika orang mulai memeriksa setiap lembar uang yang diterima. Bahkan, lembaga perbankan pun tercoreng ketika uang palsu berhasil lolos ke dalam sistem mereka.

Namun, ironisnya, para pelaku di balik peredaran uang palsu ini seringkali lebih pintar daripada mereka yang diberi mandat untuk menghentikannya. Dengan teknologi yang semakin maju, mereka terus menemukan cara untuk melawan hukum, sementara aparat penegak hukum tampaknya masih bertahan dengan metode lama yang sudah ketinggalan zaman.

Mata Publik Tak Lagi Bisa Dibohongi

Publik sudah muak dengan janji kosong. Pernyataan “kami sedang menyelidiki” atau “pelaku segera ditangkap” hanya menjadi angin lalu ketika kasus-kasus ini terus berulang. Apakah masyarakat harus terus menjadi korban dari ketidakseriusan pemerintah?

Seperti kata pepatah lama, “Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, baunya tetap tercium.” Begitu pula dengan uang palsu ini. Seindah apa pun bentuknya, kebohongan di baliknya tak bisa ditutupi. Dan publik kini semakin paham bahwa kejahatan seperti ini hanya bisa tumbuh subur di tanah yang penuh kelalaian.

Keadilan yang Lambat, Tapi Pasti

Kepada para pelaku, pesan ini jelas: permainan kalian tidak akan bertahan lama. Kejahatan tidak pernah benar-benar bisa mengalahkan keadilan. Seperti kata Martin Luther King Jr., “Lengkungan keadilan mungkin panjang, tapi ia selalu menuju kebenaran.”

Namun, ini juga menjadi pengingat bagi kita semua. Jangan biarkan masalah ini hanya menjadi viral di media sosial tanpa ada aksi nyata. Tekan pemerintah, desak aparat, dan edukasi masyarakat agar lebih waspada. Karena pada akhirnya, keadilan hanya bisa ditegakkan jika semua pihak terlibat.

Dan kepada mereka yang menikmati keuntungan dari kebusukan ini: hati-hati dengan api yang kalian mainkan. Sejarah mencatat nama-nama kalian bukan sebagai pengusaha sukses atau inovator, tetapi sebagai pengkhianat rakyat.

@icky

 

Leave a Reply