MAHASISWA RAWAN TERKENA PENYAKIT AKIBAT MENGOMSUMSI MAKANAN INSTAN???

Jurnal8.com|Lonjakan mengonsumsi makanan instan ditengah gaya hidup modern memicu kekhawatiran para ahli kesehatan, yang mengingatkan tentang dampak jangka panjang terhadap tubuh jika dikonsumsi berlebihan. Makanan Instan dinilai oleh masyarakat memiliki harga yang lebih terjangkau serta mudah dikonsumsi dibandingkan jenis makanan lainnya yang dijual di pasar.

Melansir laman databoks, menurut data World Instant Noodles Association, Indonesia adalah negara dengan konsumsi mi instan terbanyak kedua di dunia pada 2023. Sepanjang tahun lalu angka konsumsi mi instan di Indonesia mencapai 14,54 miliar porsi, setara 12% dari total konsumsi global. Negara yang konsumsi mi instannya lebih banyak dari Indonesia hanya Cina, yakni 42,21 miliar porsi atau 35% dari total konsumsi global.

Data ini menunjukkan bahwa mi instan atau makanan instan banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena memiliki harga yang ekonomis dan mudah didapatkan. Sebagian besar mahasiswa juga menjadikan makanan instan sebagai makanan pokok sehari-harinya yang bisa saja menimbulkan penyakit serius jika mengonsumsinya secara berlebihan.

“Saya suka sekali makan mie instan, hampir setiap hari saya makan karena harganya murah dan lebih praktis di konsumsi, apalagi masuk musim hujan butuh makanan yang praktis dan panas,” ujar Sulaiman Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), Universitas Negeri Makassar (UNM).

“Dampak yang saya rasakan setelah makan makanan instan itu kadang-kadang saya merasa tidak enak di tenggorokan dan mules,” tambah Sulaiman.

Berbagai makanan instan juga mengandung bahan pengawet yaitu Natrium, MSG, ataupun Nitrat yang bisa saja menimbulkan penyakit ringan diantaranya sakit kepala, sakit perut, hingga mengganggu sistem metabolisme tubuh.

“Saya merasa pusing, kepala saya pening akhir-akhir ini karena suka makan makanan instan,” ucap Yunita Usman Mahasiswa Jurusan Psikologi, Universitas Negeri Makassar (UNM).

“Penurunan mood yang saya rasakan juga sangat berpengaruh, kurangnya energi dan semangat saya dalam melakukan aktivitas setelah mengonsumsi makanan instan,” sambung Yunita.

Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan masyarakat mengenai risiko mengonsumsi makanan instan, apakah mengonsumsinya hampir setiap hari dapat menimbulkan penyakit yang dapat merugikan kesehatan tubuh dan idealnya berapa kali dalam sehari yang bisa dikonsumsi oleh tubuh agar tetap aman.

“Makanan instan itu memang produk yang dirancang untuk dikonsumsi secara cepat dan praktis, tetapi memang ada beberapa dampak kesehatan yang dapat menimbulkan penyakit, salah satunya adalah sakit kepala, diabetes hingga penyakit jantung koroner,” ujar Nildawati, Dosen Kesehatan Masyarakat (KESMAS) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM).

“Batas frekuensi dalam mengonsumsinya itu seharusnya sekali saja setidaknya sekali dalam seminggu, jangan dijadikan makanan pokok harian, kalau pun kita mengonsumsi makanan instan tetap harus menambahkan sayur-sayuran atau protein seperti telur, daging, maupun biji-bijian yang bisa meningkatkan nilai gizi dari makanan tersebut,” tambah Nildawati.

Jadi kesimpulannya, selagi kita masih dalam batas wajar dalam mengonsumsi makanan instan dengan ditambah oleh protein maupun sayuran-sayuran, maka kita dapat menghindari penyakit-penyakit yang telah disebutkan oleh Nildawati, maka pentingnya menjaga pola makanan kita sembari diimbangi dengan olahraga yang rutin agar tubuh kita tetap sehat. (*)

Leave a Reply