Jurnal8.com|Di antara tebing-tebing karst yang menjulang megah di kawasan Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, tersembunyi sebuah harta karun peradaban manusia. Leang-Leang, dengan gua-gua purbanya, tidak hanya menawarkan pemandangan memukau, tetapi juga bukti nyata perjalanan seni dan budaya yang telah ada sejak puluhan ribu tahun lalu.
Kawasan yang telah lama menjadi kebanggaan Indonesia ini mendapatkan sorotan khusus dari Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon. Didampingi Penjabat Gubernur Sulsel, Prof. Fadjry Djufry, Fadli Zon meresmikan Leang-Leang Archaeological Park, Pusat Informasi Leang-Leang, serta teknologi Virtual Reality yang kini memperkaya pengalaman para pengunjung.
“Ini bukan hanya kekayaan nasional, tetapi juga kekayaan dunia,” tegas Fadli Zon. Ia menyebut Leang-Leang sebagai destinasi kelas dunia, setara dengan situs sejarah terkenal seperti Pompeii di Italia atau Petra di Yordania.
Kisah di Balik Lukisan Purba
Lukisan-lukisan tangan dan babirusa di Leang-Leang adalah saksi bisu perjalanan seni manusia yang diperkirakan berusia 52.000 tahun. Dengan lebih dari 700 gua yang tersebar di kawasan Maros-Pangkep, Leang-Leang dianggap sebagai salah satu situs seni batu tertua di dunia.
“Setiap gua memiliki cerita dan keunikan sendiri,” ujar Fadli Zon saat menyaksikan langsung eksperimen alat batu dan seni batu prasejarah yang digelar di lokasi tersebut. Tidak hanya menjadi tempat penelitian, Leang-Leang kini juga menawarkan pengalaman interaktif melalui teknologi Virtual Reality, yang memungkinkan pengunjung menjelajahi gua-gua purba secara lebih mendalam.
Daya Tarik Wisata yang Mendunia
Kawasan Karst Maros-Pangkep, tempat Leang-Leang berada, diakui sebagai kawasan karst terluas kedua di dunia setelah Guangzhou, Cina. Pemandangannya yang dramatis, dengan tebing-tebing batu kapur yang menjulang, telah memikat banyak pengunjung lokal dan internasional.
Namun, menurut Prof. Fadjry Djufry, Leang-Leang bukan hanya tentang keindahan alam. “Ini adalah warisan sejarah yang harus dijaga dan dilestarikan. Situs ini bukan hanya milik Sulsel, tetapi sudah menjadi warisan dunia,” tegasnya. Saat ini, pemerintah sedang mengajukan Leang-Leang untuk diakui sebagai World Heritage Site oleh UNESCO.
Masa Depan Leang-Leang
Selain sebagai objek wisata, Leang-Leang memiliki potensi besar untuk menjadi pusat penelitian arkeologi dan budaya. Fadli Zon pun mengusulkan berbagai acara kreatif, seperti festival seni internasional yang mengundang pelukis dari berbagai negara untuk merespons seni purba yang ada di kawasan ini.
“Di sini banyak yang bisa dilakukan. Dari penelitian hingga festival, Leang-Leang memiliki potensi besar untuk membawa nama Indonesia ke pentas dunia,” tambahnya.
Sebagai bagian dari acara peresmian, dilakukan pula penanaman pohon endemik di kawasan ini. Langkah ini menjadi simbol pelestarian tidak hanya sejarah, tetapi juga lingkungan yang menopang keindahan kawasan karst.
Refleksi Warisan Peradaban
Leang-Leang adalah cerminan peradaban yang tak ternilai harganya. Di sini, seni dan budaya tidak hanya menjadi peninggalan masa lalu, tetapi juga inspirasi untuk masa depan.
“Leang-Leang harus menjadi tujuan utama wisata budaya di Indonesia,” pungkas Prof. Fadjry Djufry. Dengan kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan dunia akademik, diharapkan situs ini dapat semakin dikenal dunia.
Dalam keheningan gua-gua purba di Leang-Leang, kita tidak hanya menyaksikan jejak seni purba, tetapi juga mendengar bisikan sejarah yang mengingatkan kita akan kekayaan budaya bangsa. Bagaimana, sebagai bangsa, kita dapat menjaga warisan ini agar tetap hidup untuk generasi yang akan datang?
Penulis ; Icky
Editor : Indah
Leave a Reply