Jurnal8.com| Rakyat Indonesia berpesta kemenangan berkat perjuangan para atlet Indonesia yang berhasil meraih 30 medali emas yang empat belas di antaranya dimenangkan dari cabang pencak silat.
Perolehan ini membuat Indonesia berada di posisi empat, di belakang Cina, Jepang dan Korea Selatan. Berikut fakta-fakta yang berada di balik sapu bersih emas cabang olahraga pencak silat.
1. Pencak silat masuk Asian Games
Untuk pertama kalinya, cabang olahraga pencak silat dipertandingkan di Asian Games meski sudah dipertandingkan secara rutin sejak psta olahraga Asia Tenggara, SEA Games 1987.
Pencak silat adalah bela diri khas Indonesia yang secara formal diakui sebagai bentuk olah raga pada 1948. Namun, asal muasalnya sudah dari ratusan tahun lampau.
- Saat-saat rangkulan Jokowi dan Prabowo di panggung Asian Games ‘gara-gara’ pesilat Yudani Hanifan
- Upaya seorang WNA melestarikan pencak silat Indonesia
- Yayan Ruhian dan filosofi pencak silat
Sewaktu pencak silat digelar pada SEA Games 2017 lalu, tuan rumah Malaysia menjadi peraih medali terbanyak dengan 16 keping, sedangkan Indonesia mendulang 15 keping.
Pencak silat merupakan pertarungan tangan kosong yang melibatkan pukulan, kuncian, dan tendangan. Secara tradisional, seorang petarung pencak silat menggunakan keris atau parang.
Tapi bagaimana olahraga ini bisa masuk ke Asian Games?
Ada beberapa jalan agar sebuah cabang olahraga bisa masuk ke dalam kompetisi olahraga yang sesuai dengan aturan Olimpiade.
Cara tradisionalnya adalah melalui federasi internasional olahraga tersebut mengajukan petisi ke Komite Olimpiade Internasional, namun alternatifnya adalah komite organisasi lokal mendorong agar cabang tersebut dipertandingkan.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi pada Juli 2018 lalu mengatakan bahwa pencak silat dipertandingkan setelah negosiasi ulang dengan Komite Olimpiade Asia.
Menurutnya, saat itu, dia menyatakan, “Indonesia siap jadi tuan rumah Asian Games asal berbagai syarat dari kami bisa dipenuhi. Syarat utamanya, hadirkanlah pencak silat yang merupakan cabang olahraga khas Indonesia.”
2. Peraih medali suami-istri
Pasangan suami-istri Iqbal Candra dan Sarah Tria Monita banyak dicari oleh warganet setelah keduanya sama-sama meraih medali emas di Asian Games 2018.
Iqbal memperoleh medali emas setelah mengalahkan pesilat Vietnam, Nguyen Ngoc Toan, di kelas tarung putra kelas D 60-65 kg, sementara Sarah unggul dari pesilat Laos, Vongphakdy Nong Oy, di nomor tarung putri kelas C 55-60 kg.
3. Perdebatan soal peran Prabowo dan rangkulan dengan Presiden Jokowi
Salah seorang pesilat mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum Partai Gerindra dan salah satu kandidat capres pilpres 2019, Prabowo Subianto, saat menang.
Prabowo adalah Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dan Presiden Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat).
Yola Primadona Jampil yang meraih medali emas dari pencak silat dari nomor seni ganda putra bersama Hendy mengucapkan terima kasih untuk Prabowo yang, “selama empat tahun ini mereka tiada henti mendukung kami.”
- #TrenSosial: Kicauan tentang aktor The Raid main di Star Wars menuai harapan
- Pencak Silat dan ekspresi rindu kampung dalam Tari Rantak
Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani juga mengatakan bahwa Prabowo Subianto akan memberi bonus kepada atlet pencak silat yang memperoleh medali emas dalam Asian Games.
Wakil Sekjen Partai Demokrat, Rachland Nashidik, pun mencuitkan bahwa dari 22 emas yang diperoleh Indonesia, “8 dari Prabowo”.
Namun warganet juga mengkritik politisasi jabatan ketua umum beberapa cabang olahraga tersebut serta pencapaian yang mereka peroleh dan kaitannya dengan pemilihan presiden 2019.
Tetapi pada akhirnya salah satu momen dari Asian Games 2018 yang akan dikenang dan banyak dibicarakan adalah saat Presiden Joko Widodo berangkulan dengan Prabowo Subianto yang akan menjadi saingannya dalam pemilihan presiden 2019 nanti.
Momen berangkulan ini bermula dari pesilat putra, Yudani Kusumah Hanifan, yang menjuarai kategori tarung putra kelas 55-60kg di final, Rabu (29/8), dengan mengalahkan pesilat Vietnam, Nguyen Thai Linh dan merebut medali emas ke-29 untuk Indonesia.
Yudani merayakan kegembiraan dengan bersujud di arena, menyelimuti diri dengan merah putih, sebelum kemudian menerima medali emas.
Sesudah pengalungan medali, Yudani naik ke tribun kehormatan untuk menyalami lagi Prabowo Subianto yang merupakan Ketua Ikatan pencak Silat Indonesia (IPSI) dan Presiden Joko Widodo. Ia juga memeluk keduanya bergantian.
Yudani kemudian menarik dua tokoh itu, memeluk keduanya bersamaan, dan membuat ketiganya saling berpelukan. Dan tepuk tangan pun bergemuruh.
Kebersamaan itu tak hanya terjadi saat rangkulan terjadi. Presiden Joko Widodo kemudian memberikan medali emas kepada pesilat Indonesia peraih medali emas Wewey Wita dengan didampingi Ketua PB IPSI Prabowo Subianto
4. Tuduhan kecurangan dari Malaysia yang berlanjut
Salah satu kontroversi yang muncul dari pertandingan di cabang olahraga pencak silat datang dari pesilat Malaysia Mohd Al Jufferi Jamari yang pada Senin (27/8) menyatakan bahwa juri bias dalam penilaiannya.
Dia melakukan walkout menjelang akhir pertandingan sehingga pesilat Indonesia yang menjadi lawannya, Komang Harik Adi Putra, meraih emas.
Al Jufferi, yang meraih emas pada SEA Games 2017 dan juara bertahan kejuaraan dunia silat 2016, kemudian menendang tembok pembatas sampai jebol. Jamari turun di nomor tarung putra kelas 65kg-70kg.
Di akun media sosial milik Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Syed Saddiq, video Jamari yang terlihat menumpahkan kekesalannya sudah ditonton hampir satu juta kali dengan 17.000 lebih komentar.
Jufferi sendiri menyatakan ia memilih walkout karena kecewa terhadap wasit.
Video yang sama yang diunggah ke akun media sosial @syfdnalias juga disebarkan lebih dari 17.000 kali. Warganet Malaysia lain juga berkomentar, “Dia sebenarnya bermain dengan baik!”
Situasi ini pun kemudian melebar menjadi perdebatan antara warganet Indonesia dan Malaysia. Meski begitu, ada warganet yang mengkritik perang komentar yang terjadi di media sosial terkait kontroversi pertandingan ini.
Kontroversi soal kecurangan ini ternyata berlanjut setelah Presiden Federasi Pencak Silat Asia Sheik Alauddin Yacoob Marican menyatakan kecewa atas “kejanggalan-kejanggalan yang terjadi” pada beberapa media di Indonesia.
“Kami sudah memberitahu bahwa jangan ada yang coba berat sebelah, harus konsisten, clear, dan transparan. Tapi di sini saya melihat, tidak ada hanya dari Singapura, tapi dari negara lain juga, ada yang janggal, banyak,” kata Sheik.
Salah satu yang disoroti oleh Sheik adalah soal jarak poin yang terlalu jauh antara peraih medali emas (Indonesia) dengan negara-negara yang ada di posisi kedua dan ketiga.
Namun tuduhan curang itu sudah dibantah oleh Ketua INASGOC Erick Thohir. “Di situ jelas penjuriannya ada di televisi, terbuka, dan ada bendera, dan kita memantau langsung. Dan seluruh technical delegate dan juri-juri itu dipilih oleh Asian Federation (Federasi Asia), tidak hanya di cabang pencak silat,” kata Erick di Mapolda Metro Jaya, Kamis (30/7).
Menurut Erick pula, ada dominasi dari negara tertentu di beberapa cabang olahraga seperti judo, karate, dan taekwondo.
Berdasarkan data perolehan medali Asian Games untuk judo, dominasi total, seperti halnya yang terjadi dengan Indonesia dan pencak silat, tidak terjadi. Di cabang olahraga judo, negara yang langganan meraih medali emas relatif merata antara Korea dan Jepang.
Begitu pula untuk cabang olahraga karate, peraih medali emasnya malah berasal dari negara yang lebih beragam, seperti Jepang, Indonesia, Iran, Yordania, Kazakhstan, Cina, Taipei, Malaysia, Vietnam, Kuwait, sampai Kazakhstan.
Sementara di judo, para peraih medali emas juga cukup rata pembagiannya, berasal dari Cina, Jepang, Korea Selatan, meski kadang ada dari Mongolia.
Sebelumnya, di SEA Games 2017 yang berlangsung di Malaysia, tim pencak silat Malaysia berhasil meraih 17 emas, sementara Indonesia mendapat 16 emas di cabang olahraga tersebut. Dan saat itu pun ada beberapa tuduhan soal kecurangan nilai yang terjadi dan menguntungkan pihak Malaysia.
5. Protes Iran
Kantor berita Iran, Mehr, melaporkan bahwa kepala Komite Olimpiade Nasional Iran, Reza Salehi Amiri, mengatakan bahwa perolehan medali Indonesia di olahraga pencak silat yang ‘tradisional dan tidak dikenal’ merupakan hadiah dari Dewan Olimpiade Asia (OCA) dan Iran akan mengajukan protes secara resmi atas perolehan medali-medali pencak silat tersebut di OCA.
Menurut Amiri, aksi OCA untuk mengakui pencak silat dan medalinya sebagai bagian dari perolehan total medali di Asian Games “tidak bisa dibenarkan, irasional dan sangat tidak adil”, katanya.
Iran sudah mengajukan protes verbal ke Presiden OCA Sheikh Ahmed al-Fahad al-Ahmed al-Sabah, kata Salehi, dan menambahkan bahwa presiden OCA telah menjawab bahwa “keuntungan seperti ini juga akan diberikan jika Asian Games diadakan di Iran”, namun menurut Salehi jawaban ini tidak meyakinkan.
Perolehan medali ini menaikkan peringkat Indonesia secara drastis jika dibandingkan dengan posisi perolehan medali saat Asian Games 2014 di Incheon, yaitu dari peringkat 17 menjadi peringkat 4, dan menggeser posisi Iran. OCA, menurut Salehi, harus bertanggung jawab soal ini.
6. Peraih emas selain Indonesia
Indonesia tidak sepenuhnya melakukan ‘sapu bersih’ di cabang olahraga pencak silat. Vietnam menjadi negara yang bisa memperoleh dua emas di tengah dominasi Indonesia, yaitu di Kelas F 70-75kg lewat atlet Dình Nam Tran dan di Kelas J 90-95 kg lewat atlet Van Trí Nguyen . Keduanya mengalahkan atlet Malaysia.
7. Negara yang berpartisipasi
Di Asian Games 2018, bukan hanya negara-negara berlatar budaya Melayu, seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, yang mengikuti cabang olahraga ini, tapi juga negara-negara seperti Vietnam, Filipina, Uzbekistan, Pakistan, India, Kirgistan, Jepang, Nepal, Laos, Thailand, Timor Leste, dan Iran. (sumber bbc.com)
Leave a Reply